Perjuangan penyintas HIV/AIDS dalam masyarakat Indonesia memang tidaklah mudah. Mereka seringkali harus menghadapi stigma dan diskriminasi yang membuat perjalanan mereka semakin berat. Namun, mereka tetap tegar dan berjuang untuk hidup dengan kualitas yang baik.
Menurut dr. Nafsiah Mboi, mantan Menteri Kesehatan Indonesia, “Perjuangan penyintas HIV/AIDS sangat penting dalam memerangi pandemi ini. Mereka adalah teladan bagi kita semua bahwa HIV/AIDS bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari perjuangan yang lebih besar.”
Salah satu penyintas HIV/AIDS yang inspiratif adalah Budi, seorang aktivis yang aktif dalam memberikan edukasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat. Menurutnya, “Perjuangan saya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk membantu orang lain agar tidak mengalami hal yang sama.”
Namun, perjuangan penyintas HIV/AIDS tidak hanya berhenti pada stigma dan diskriminasi. Mereka juga harus berjuang untuk mendapatkan akses terhadap pengobatan dan perawatan yang memadai. Menurut data UNAIDS, hanya sekitar 60% dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia yang mendapatkan pengobatan ARV.
Prof. dr. Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia, menegaskan bahwa “Perjuangan penyintas HIV/AIDS harus didukung dengan kebijakan yang inklusif dan akses yang merata terhadap layanan kesehatan.”
Dengan adanya dukungan dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat luas, diharapkan perjuangan penyintas HIV/AIDS dalam masyarakat Indonesia dapat semakin terbantu dan terwujudnya masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap sesama.